Langsung ke konten utama

Cerita rakyat

 The story of the seven people of his son

In the past there was a rich person who had seven children and all men. After all it is mated, the whole property is his shared equally to his children. In his heart he said. "I'm old and have no wife anymore, only this can I do, ie from home to my son's house to eat every morning and afternoon because of the sequence I have given wealth." All the children of her have known that his in-laws had no possessions, again taken, and he had taken by her husband. Just one son his visit is visited, the elderly, the male, '' How could our lives can be fertile, can discharge. Branked because it is like a person who plant something every morning and afternoon there is eating her leaves. "This old man has felt it in his heart, his puzzle," like how do my doales because all my trees are already in my son. I'll take Kern Bali, they are much more K: UOK than me. "This man moved again to his second son. The act of the child is just the same as the first. He, all the children are as he treated to his inapection to get his situation he searched for the sense of all the children he could have to think he went back. Go the parent to the market the buying his son who had bought his parents bought the jar, said", "You do not talk, do not think you think I'm lying in the lion. I'm in this I've been there, there's no item I'm shared to all the carnu. How much treasure I shared because you are seven brothers and giving the same division. "After the older arrives at his house, permitted well the gacks are then wrapped in the intelligent cloth and satin cloth. Then, he keeps on the attic and hanging on the para-emissions of the para. Then he bout his oldest son because his youngest who saw her bought the jar. He told her old son," My son, do not tell you the brother, only you do you say. Indeed there still existing items that have not been up, but it is preparations for my death. I'm afraid it does not save preparations when I am dead too. "Answering his son," Well the father's thoughts, "His father said," Now you can see the place, but it is not possible to take it because it causes you to match and do not get anything from that item. The second may be the one I'll kill or you kill me. Third, perhaps the things I've given you will be Kern Bali. "He said his son," Then better not to see, Dad. "It is finally known by his brother so that they say in his heart," Apparently there is still father's goods. About what is the contents? Perhaps gold is in the smith. "The son of this child also whispered his wife, which he was still there was goods that our parents had not yet shared. However, the goods were temporarily unfinished, maybe the goods were tak sizers because we could hurt if he saw it. However, their wives want to peek the goods what they are referred by their husbands. After they peep off his heart then said," Over Mr., do not leave the cold rice. Do not get off on the ground, then the pain is burden the bad wind. Above the house I'll take me later. If there is a dead end of your father to keep your grandson. '"His other brother is suspicious and jealous of his old brother while saying," Why so diligently take care of our parents?' 'It was answered by his grave, "I do not want to just his son I like, his reservoir alone I love, when I know that my husband has a parent. As a mouth of the mouth, especially as I want to do good to his parents." After that whispered his sister who was still there that there was still a treasured tense. Then came up to go to see the treasure. The next day came to her parents of grilled fish and other foods. Finally we agree, "Better we take turns come bring food so that the food is not stale." So, there came a time of afternoon, and the others came in the morning. The old man is happy because of all the foods that the child is tasty and no defects. It was three years old the man was treated well by his own children and by his male. The food is perfected. Never he got down the shower. Deep up the water too on the attic. The jar is used as a kawus. In fact, it's full of crowd. "Finally the older died, the seven children were granted about the steps they had to take in connection with the death of their parents. Do take care of the body, or divide the inheritance treasure more importantly, the eldest," it is inappropriate that we divide the heritage's first before the solistan party. Later off his sequence, we invite Kuadi to share the property. It's bad if only we just divide it. Later we remove his appeal. "After implementing a dead party for forty days forty night plus fifteen days to exchange the mind between them, they finally agreed to call Mr. Kadi to divide by Hit a her father's her her reinforcement. Because Mr. Kadi is basically the greedy, then he just calls Daengimang to accompany him. Come them facing Mr. Kadi," here is my father to Mr. Kadi because there is still the remaining food of my father who will be to make for the sake of the world of his death. Perhaps our parents in the afterlife have not complained again. Therefore we expect Mr. Kadi to come to divide the property to fair. "Mr. Kadi," All right, you all departed. "After Mr. Kadi arrived at the house, the Demeng Imag and the Khabib to get to the attic to take the goods. Meanwhile, Mr. Kadi waited on the attic ladder. Raise Iranng and the dish khatib. After Daeng Imag saw his shiny wrapper, his heart, then he opened the wrapper, when he opened the wrapper, he suddenly shouted," Tai Mr. Kadi! "Through Kiri Kadi," Ha, why do you know the shoota? It does not make sense, so big pernasus it then the contents are just sticky only! "Shouting Jagi Daeng Imag," Tai. "Say the master of the Kadi, '' Ha, try to count right. Then down here!" So, Daeng Irngang and Kaibat's race to raise the pars of the pars-the pigs, but the jar was behind. Then hit it with the hammer-hammer so it was going out. There was also a running Kadi Kuadi under was forced to have the soldier Tai. Mr. Kadi was angry with it. The seven who sinned the silence did not think it would be so. Their heart is sad to think about the reply from God because of their wives to his parents. That's the retaliation of God so his parents were given a sliced as it was. This is where we think that if there is something to be given to our children, although there is no wife, should not be given, but there must be preparation to live the last days.



Terjemahan


CARITANA TAU TUJUA ANAKNA ( KISAH ORANG YANG TUJUH ANAKNYA)

Dahulu ada seorang orang kaya yang mempunyai tujuh orang anak dan semuanya laki-laki. Setelah semuanya dikawinkan maka seluruh harta benda· nya dibagikan sama rata kepada anak-anaknya. Dalam hatinya ia .berkata, "Aku sudah tua dan sudah tidak mempunyai istri lagi. Hanya ini saja yang dapat saya lakukan, yaitu berpindah dari rumah ke rumah anakku untuk makan tiap pagi dan sore karena ketujuhnya telah saya beri kekayaan." 

Semua anak mantunya sudah tahu bahwa mertuanya sudah tidak mempunyai harta apa-apa lagi, sudah diambil oleh suaminya. Baru saja satu orang anaknya dikunJungi rumahnya, yaitu yang sulung, berkatalah anak mantunya, ''Bagaimana mungkin hidup kita bisa subur, bisa 

berpucuk. bercabang karena bagaikan orang yang menanam sesuatu tiap pagi dan sore ada saja yang makan daunnya." Orang tua ini sudah merasakannya juga dalam hatinya, pikunya, "Bagai· manakah dayaku sebab seluruh harta bendaku sudah berada pada anakku. 

Akan kuambil kern bali, mereka jauh lebih k:uat daripada saya." Orang tua ini pindah lagi kepada anaknya yang kedua. Tindakan anak mantunya ini sama saja dengan yang pertama.Bahkan, semua anak mantunya sama perlakuannya kepada mertuanya. Untuk mengatasi keadaannya ia mencari akal agar semua anak mantunya dapat menerirnanya kembali. Pergilah orang tua itu ke pasar membeli gumbang Anaknya yang sempat melihat orang tuanya membeli guci berkata, "Akan diapakan itu ayah?" Dijawab, "Janganlah engkau bicara, Jangan engkau mengira saya ini sudah linglung. Andaikata aku ini sudah lingkung maka tidak ada barang yang aku bagikan kepada karnu semua. Betapa banyak harta yang aku bagikan karena kamu tujuh orang bersaudara dan mendapat pembagian yang sama." Setelah orang tua itu tiba di rumahnya, dikemasilah baik-baik gucinya 

kemudian dibungkus dengan kain intelas dan kain satin. Kemudian, dia simpan di atas loteng dan digantung pada pelancar para-para. Kemudian dia bisikkan anaknya yang paling tua karena anak bungsunya yang melihatnya membeli guci. Dia katakan kepada anaknya yang tua, "Hai anakku, jangan sampaikan kepada saudaramu yang lain, hanya engkau saja yang kuberitahukan. Sesungguhnya masih ada barang-barang yang belum kubagi, tetapi itu persiapan kematianku nanti. Saya khawatir tidak menyimpan persiapan padahal aku ini sudah mau mati." Menjawablah anaknya, " Betul juga pikiran Ayah." Berkatalah ayahnya, "Sekarang kamu bisa lihat tempatnya, tetapi tidak boleh naik apalagi mengambilnya karena hal itu menyebabkan engkau kukutuk dan tidak mendapatkan apa-apa dari barang itu. Yang kedua barangkali engkau akan kubunuh atau engkau yang membunuh saya. Ketiga, barangkali barang-barang yang pernah kuberikan padamu akan kutarik kern bali." Berkatalah anaknya, "Kalau begitu lebih baik tidak usah dilihat, Ayah." Hal ini akhirnya diketahui pula oleh saudaranya yang lain sehingga me-reka berkata dalam hatinya, "Rupanya masih ada barang Ayah. Kira-kira apa isinya? Barangkali emas berlantak." Anaknya ini membisikkan pula kepada istrinya masing-masing bahwa sebenarnya masih ada barang yang belum dibagi orang tua kita. Akan tetapi, barang itu untuk sementara belum bisa dilihat. Mungkin barang itu barang keramat karena kita bisa sakit kalau melihatnya. Namun, istri mereka ingin 

mengintip barang yang dimaksud oleh suami mereka. Setelah mereka intip berdebarlah jantungnya kemudian berkata, "Wahai bapak, tak usah ;nakan nasi dingin. jangan turun di tanah, nanti sakit ditimpa angin buruk. Di atas rumah saja mandi nanti saya yang ambilkan. Kalau ada sisa makan Bapak simpankan saja cucumu.'" Saudara-saudaranya yang lain menaruh curiga dan iri terhadap saudaranya yang tua sambil berkata, "Mengapa begitu rajin mengurus orang tua kita?'' Dijawab oleh birasnya, "Saya tidak mau kalau hanya anaknya yang saya suka, penghasilannnya saja yang saya senangi, padahal saya tahu bahwa suami-

ku mempunyai orang tua. Sebagai anak mantu tentunya harus pula sayang kepada mertua. Karena itu say a mau berbuat baik kepada orang tuanya."Sesudah itu dibisikilah adiknya bahwa sebenarnya masih ada harta bapak yang belum dibagi. Maka berdatanganlahbirasnya untuk pergi melihat harta itu. Keesokan harinya datanglah membawakan orang tuanya ikan panggang dan makanan yang lain. Akhirnya sepakatlah mereka, " Lebih baik kita bergiliran datang membawa makanan supaya makanan itu tidak basi." Jadi, ada yang datang waktu sore, dan yang lain datang waktu pagi. Orang tua itu senanglah hatinya sebab semua makanan yang dibawa anaknya enak-enak dan tidak ada cacatnya. Sudah tiga tahun lamanya orang tua itu dirawat dengan baik oleh anak-anaknya sendiri maupun oleh para anak mantunya. makanannya disempurnakan. Tidak pernah ia turun mandi. Buang airnya juga di atas loteng. Guci itu dijadikannya kakus. Bahkan, sudah penuh sesak." Akhirnya orang tua itu pun meninggal dunia. Ketujuh anaknya bermusyawarah tentang langkah-langkah yang harus mereka ambil sehubungan dengan meninggalnya orang tua mereka. Apakah mengurus mayat dulu, atau membagi harta warisan lebih penting? Berkatalah yang sulung, "Tidak pantas kalau kita membagi harta warisan dahulu sebelum diselesaikan pesta kematian ini. Nanti lepas hari ketujuhnya, barulah kita undang tuan kadi untuk membagi harta itu. Kurang baik kalau hanya kita saja langsung membagi-baginya. Nanti kita keluarkan cukainya." Sesudah melaksanakan pesta kematian selama empat puluh hari empat puluh malam ditambah lima belas hari lagi untuk saling bertukar pikiran di antara mereka, akhirnya mereka sepakat untuk memanggil tuan kadi untuk membagi dengan adil hart a peninggalan ayahnya. Karena tuan kadi juga dasarnya orang tamak, maka ia hanya memanggil DaengImang untuk menemaninya. Datanglah mereka menghadap kepada tuan kadi, "Inilah hajatku kepada tuan kadi karena masih ada sisa makanan ayahku yang akan kusuruh bagi 

karena kami juga sudah melaksanakan pesta kematiannya. Barangkali orang tua kami di akhirat sudah tidak mengeluh lagi. Karena itu kami harapkan tuan kadi datang membagi harta itu dengan adil."Berkatalah tuan kadi, "Baiklah, kamu sekalian berangkat duluan."Setelah tuan kadi tiba di rumah itu diperintahkanlah Daeng Imang dan Daeng Khatib untuk naik ke loteng untuk mengambil barang yang dimaksud. Sementara itu, tuan kadi menunggu di tangga loteng. Naiklah Daeng Irnang dan Daeng Khatib. Setelah Daeng Imang melihat pembungkusnya mengkilap, besarlah hati nya, kemudian ia membuka pembungkusnya. Ketika ia membuka pembungkusnya, tiba-tiba ia berteriak, "Tai tuan kadi!" Menyahutlah tuan kadi, "Ha, mengapa kamu tahu setaiknya? Tidak masuk akal, begitu besar pernbungkusnya lalu isinya hanya setaik saja!" Berteriak Jagi Daeng Imang, "Tai." Berkata Jagi tuan kadi, ''Ha, coba hitung baik-baik. Turunkan ke sini!" Jadi, Daeng Irnang dan Daeng Khatib rnengangkat guci itu ke lubang para-para, tetapi guci itu dibalik. Kemudian dipukulnya dengan palu-palu sehingga tainya ke luar. Ada pun tuan kadi yang rnenunggu di bawah terpaksa harus berlumuran tai. Tuan kadi pun marah karenanya. Orang yang tujuh bersaudara itu betul-betul tidak menyangka akan begitu jadinya. Hati mereka sedih rnernikirkan balasan dari Allah karena kedurhakaan istri-istri mereka kepada orang tuanya. Itulah pembalasan Allah sehingga orang tuanya dahulu diberi aka] yang licik seperti itu. Di sinilah kita berpikir bahwa apabila ada sesuatu yang akan diberikan kepada anak-anak kita, walaupun sudah tidak ada istri, tidak boleh diberikan sernuanya, tetapi harus ada persiapan untuk menjalani hari-hari terakhir.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MERANGKUM VIDEO FUTURE TENSE

  Nama:Sutra Dewi   Nim:210407501015   KELAS : M21.2   DOSEN : IBU PROF. DR. HJ. ROHANA, M.PD   Simple Future Tense   Simple Future Tense digunakan untuk menyatakan suatu keadaan di masa depan (future). Selain menyatakan sesuatu atau rencana atau keinginan yang berhubungan dengan masa depan atau kejadian yang akan berlangsung di masa depan, future tense juga sering digunakan dalam memberi perintah, dalam menanyakan saran dan menanyakan kritik atau mungkin menawarkan bantuan.   Pola Simple Future Tense: 1. Positive form: S+will/shall+Verb1+0 S+to be+going to+Verb1+0   Contoh: I will finish my homework tonight I am going to finish my homework tonight I shall finish my homework tonight Will/shall/to be going memiliki arti sama, akan tetapi tidak berarti mereka serupa, mereka memiliki sedikit perbedaan. Will: bisa digunakan untuk semua subjek (akan= belum betul akan dilakukan) Shall: bisa digunakan untuk semua subjek, lebih sering digunakan oleh British.

Merangkum materi Part of speech

Nama: Sutra Dewi Nim: 210407501015 Kelas: M21.2  DOSEN : IBU PROF. DR. HJ. ROHANA, M.PD   Pengertian part of speech parts of speech merupakan klasifikasi dari kata-kata yang dikategorikan dari peran dan fungsinya dalam struktur kalimat sebuah bahasa. Ada delapan part of speech, yaitu: noun (kata benda), pronoun (kata ganti), verb (kata kerja), adjective (kata sifat), adverb (kata keterangan), preposition (kata depan), conjunction (kata hubung), dan interjection (kata seru). jenis- jenis part of speech 1.      Noun (kata benda) Part of speech ini berfungsi untuk menamai orang, tempat, benda, atau ide. Umumnya, noun didahului oleh partikel a, an, dan the. Noun juga dapat berbentuk singular atau plural dan konkrit atau abstrak. Dalam suatu kalimat, noun bisa berfungsi sebagai subjek, objek langsung, objek tidak langsung, pelengkap subjek, atau objek dari suatu preposisi. Macam-macam part of speech ini antara lain countable dan uncountable noun, proper dan common noun,